Di antara sekian banyak makhluk ciptaan Tuhan di alam jagat raya ini adalah manusia. Manusia pada dasarnya adalah makhluk yang paling baik (penciptaannya) dibandingkan dengan makhluk lainnya. Manusia mempunyai beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan makhluk lain, di antaranya karena manusia memiliki akal dan fikiran. Akal dan fikiran adalah faktor yang sangat urgen, sehingga manusia berbeda dengan makhluk lainnya. Dengan bekal akal dan fikiran itulah maka manusia mempunyai tugas yang khusus dalam kehidupan di dunia ini. Manusia hidup di dunia ini mengemban dua amanah sekaligus, yaitu sebagai `abd (hamba yang selalu mengabdi kepada Allah) dan sebagai khalifah (pemelihara alam semesta).
Umat manusia dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah, telah dibekali dengan fitrah (kecenderungan untuk menyembah kepada Allah). Fitrah adalah potensi yang dibawa manusia sejak lahir, berupa kecenderungan ke arah positif untuk mengenal hal-hal supra natural (alam ghaib) yang antara lain adalah menyembah Tuhan pencipta alam semesta. Firman Allah QS. al-Rum : 30 : “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
Dalam ayat di atas terkandung makna bahwa eksistensi manusia pada dasarnya tercipta dalam kondisi yang fitrah (suci). Setiap manusia yang terlahir ke dunia ini membawa kefitrian, artinya membawa potensi kepada agama yang lurus yaitu Islam. Fitrah inilah yang akan menyelamatkan manusia, penuh dengan kebahagiaan dan kesejahteraan baik di dunia maupun kehidupan setelah mati.
Pada dasarnya fitrah yang ada pada manusia telah ada sebelum manusia terlahir ke dunia ini. Sebelum manusia terlahir ke dunia Allah telah membuat “transaksi fitri” kepada manusia. Manusia, sebelum terlahir ke dunia telah bersaksi bahwa Allah adalah Tuhan mereka. Manusia bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, sebagaimana firman-Nya QS. al-A`raf : 172 : “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) : “Bukankah Aku ini Tuhanmu ?” mereka menjawab : “Betul (Engkau adalah Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan : “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).”
Fitrah positif yang dibawa manusia ini pada dasarnya bisa berubah dengan adanya perubahan waktu dan keadaan. Fitrah yang suci ini bisa berubah antara lain karena pengaruh lingkungan terutama kedua orang tuanya. Kedua orang tua adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap tetap ada dan tidaknya fitrah ini. Sebagaimana sabda Nabi SAW riwayat Bukhari : “Tiada (seorang anakpun) yang dilahirkan kecuali ia dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang menyebabkan ia menjadi Yahudi, atau menjadikannya Nasrani atau menjadikannya Majusi (penyembah api).”
Hadis di atas jika dipahami, maka nampak jelas sekali bahwa tugas kedua orang tua adalah mendidik anak-anaknya mengenal Allah SWT sebagai Tuhan mereka yang patut untuk disembah. Sebab setiap anak manusia lahir dengan membawa fitrah, dan orang tuanyalah yang berkewajiban mempertahankan fitrah tersebut. Dengan harapan, jika kelak anak tumbuh dewasa tetap mengenal dan menyembah Allah Tuhan semesta alam.
Dengan fitrah, manusia akan senantiasa menjunjung tinggi hukum-hukum Allah dan Rasul-Nya di atas hukum yang ada di dunia ini. Dengan fitrah pula, Allah dan Rasul-Nya tetap dijadikan sebagai poros dari segala pengaduan dan penyelesaian masalah-masalah di dunia ini. Pendek kata, fitrah akan membawa manusia pada kehidupan yang benar dan senantiasa selamat, sejahtera di dunia maupun kehidupan setelah mati.
Fitrah (agama yang lurus) yang telah dimiliki seseorang, hendaklah betul-betul dipegang dan dipertahankan hingga akhir hayatnya.Tidak hanya untuk dirinya sendiri, namun fitrah yang memberi manfaat bagi seluruh umat manusia. Fitrah yang membawa keselamatan diri sendiri adalah fitrah yang berpengaruh pada potensi untuk senantiasa mengenal Tuhan, berbuat baik untuk keselamatan dirinya tanpa mencelakakan orang lain. Sedangkan fitrah yang membawa keselamatan bagi seluruh alam, manakala fitrah tersebut didasarkan pada kemaslahatan bagi seluruh penduduk bumi termasuk binatang dan makhluk yang lain. Sebab fitrah yang benar adalah fitrah yang membawa keselamatan pemiliknya dan membawa kemaslahatan pada sesamanya.
Sedangkan manusia dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai khalifah fi al-Ardh dibekali dengan akal dan fikiran. Akal serta fikiran merupakan dua alat terpenting bagi manusia dalam rangka menunjang tugas pokoknya sebagai khalifah di muka bumi. Dengan akal serta fikiran, manusia mampu membedakan antara yang baik dengan yang buruk, mampu bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan tanpa membuat kerusakan-kerusakan yang menyebabkan merugikan orang lain. Dengan akal dan fikiran, maka manusia menduduki tempat yang tertinggi di antara makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Manusia mampu berbuat serta berkarya melebihi makhluk-makhluk yang lain di dunia ini. Dengan berbekal akal serta fikiran memungkinkan untuk menjalankan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi dengan sempurna.
Manusia sebagai khalifah di muka bumi berarti berusaha dengan segala kemampuan yang dimilikinya, mengolah segala yang ada di muka bumi berupa ciptaan Tuhan untuk dimanfaatkan demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Ciptaan Tuhan, berupa alam beserta isinya pada dasarnya merupakan pelengkap kebutuhan hidup manusia. Semua itu diciptakan oleh Allah agar manusia memanfaatkannya, sekaligus memeliharanya agar tetap lestari hingga anak keturunan mereka merasakannya. Pemanfaatan sumber daya alam beserta isinya tidak hanya untuk kebutuhan satu generasi saja, namun juga memperhatikan masa depan generasi selanjutnya. Sebab generasi masa depan juga mempunyai hak yang sama dalam menikmati sumber daya alam beserta isinya yang telah diciptakan Tuhan.
Tugas utama manusia sebagai khalifah di muka bumi, pada dasarnya merupakan tugas seluruh umat manusia untuk menyelamatkan kehidupan dunia ini agar tetap lestari tanpa adanya kerusakan-kerusakan yang dapat merugikan orang lain. Bumi beserta isinya, telah diciptakan oleh Allah sebagai kebutuhan umat manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya di muka bumi ini tanpa berbuat kerusakan yang bisa menyebabkan kesengsaraan. Sebab manusia hidup di era globalisasi serta zaman yang penuh dengan kemajuan ini, mereka sering melupakan tugas pokoknya sebagai pemakmur dunia tanpa berbuat kerusakan-kerusakan. Era sekarang boleh dikatakan sebagai masa yang sudah mengalami kemajuan-kemajuan baik dalam bidang ilmu pengetahuan maupun teknologi. Kemajuan-kemajuan tersebut jika tidak dibarengi dengan usaha-usaha normatif untuk menyelamatkan alam ini, maka sangat mungkin umur dunia ini tidak akan lama lagi berakhir.
Memang dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia semakin mudah memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka tidak lagi susah-susah mengerjakan beberapa pekerjaan yang berbulan-bulan lamanya dalam mendapatkan segala yang ada dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Cukup dengan kemajuan teknologi, manusia dapat bertransaksi dengan waktu yang sangat singkat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun demikian, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi bukan tanpa membawa dampak negatif dalam ekosistem kehidupan. Salah satu contoh kemajuan dalam bidang alat perang misalnya, menyebabakan manusia mudah untuk saling membunuh. Amerika Serikat sebagai negara yang memiliki alat perang yang cukup cangging misalnya, dengan segala dalih dan sesumbarnya seringkali berbuat semena-mena terhadap negara berdaulat lainnya dalam memamerkan kecanggihan alat perang yang mereka miliki. Seperti rencana penyerangan Amerika Serikat ke Iraq akhir-akhir ini, menyebabkan manusia turut berbagi kekhawatiran akan akibat yang ditimbulkan dari peperangan tersebut. Betapa tidak, seandainya peperarangan itu betul-betul terjadi maka berapa ratus atau bahkan ribu manusia yang akan mati. Belum lagi akibat negatif lain yang akan timbul dari peperangan, seperti : kemiskinan, cacat fisik, wabah penyakit dan penderitaan-penderitaan yang lain. Itulah sebagian dari dampak negatif yang ditimbulkan dari kemajuan teknologi yang disalah gunakan oleh segelintir manusia.
Manusia yang menyalahgunakan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi tersebut, jika dikembalikan pada kefitrian sebagai umat manusia sangatlah bertentangan. Secara fitri manusia cinta kedamaian, kebersamaan dan segala sesuatu yang bersifat kebaikan. Namun jika manusia sudah tidak suka lagi terhadap kemajuan-kemajuan yang membawa kemaslahatan bersama maka manusia tersebut sudah jauh dari kefitriannya sendiri.
Posting Komentar