KUBIL
Blog Pribadi Fikri Halfia R

KARAKTER ORANG MUKMIN

Label:
Agama Islam adalah agama yang mementingkan keyakinan yang mendalam (pasrah) dalam menerima segala pranata serta aturan yang telah diturunkan oleh sang pencipta. Kepasrahan tersebut merupakan bukti yang harus dimiliki oleh setiap orang yang menerima Islam sebagai agama yang benar. Seorang yang menerima kebenaran Islam tersebut dinamakan orang mukmin. Orang mukmin adalah seseorang yang beriman (pasrah) kepada Allah dan rasul-Nya, baik secara lahir maupun batin. Orang mukmin yang sejati senantiasa menunjukkan identitasnya dalam segala ucapan serta tindakannya baik dalam kehidupan individu maupun dalam kehidupan sosial. Setiap orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya, tentulah memiliki karakteristik (ciri-ciri) tertentu yang harus dimiliki. Dalam hal ini Allah berfirman, QS. Al-Taubah : 71 : “Dan orang-orang yang beriman , laki-laki dan perempuan sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma`ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepda Allah dan rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah maha Perkasa lagi maha Bijaksana.”


Ayat tersebut di atas adalah salah satu ayat al-Qur`an yang menerangkan sekaligus mengungkap ciri-ciri (karakteristik) orang beriman. Karakteristik orang yang beriman dalam ayat di atas merupakan wujud nyata akan kepasrahan yang mendalam terhadap kebenaran yang ada dalam Islam. Karakteristik orang beriman juga dimaksudkan sebagai pembeda antara orang yang telah pasrah sepenuhnya terhadap kebenaran Islam dengan yang belum menerima kebenaran Islam. Setiap manusia yang mengaku beriman, hendaklah merenungkan ayat di atas sekaligus mengamalkannya. Dari ayat di atas setidaknya ada lima kriteria bagi orang yang beriman, yaitu :
Pertama : Orang yang beriman adalah sebagai penolong bagi yang lainnya. Artinya saling tolong menolong dalam rangka menjalankan ibadah kepada Allah. Kesulitan yang dihadapi orang mukmin lain hendaklah dibantu sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Tolong menolong di antara sesama orang beriman, harus di dasarkan kebenaran dan taqwa. Sebagaimana Firman Allah QS. Al-Maidah : 2 : “Dan saling tolong menolonglah kamu dalam hal kebaikan dan taqwa dan janganlah kamu saling tolong menolong dalam perbuatan dosa dan pemusuhan.”Tolong menolong antara sesama orang beriman harus di dasarkan dengan keikhlasan dan hanya mengharap ridha dan karunia Allah. Dengan adanya rasa tolong menolong antara orang yang beriman maka akan mewujudkan suatu kebersamaan dalam menyelesaikan problematika kehidupan. Sehingga apapun kesulitan yang dihadapi umat, akan terasa mudah untuk diatasi. Kebersamaan akan memunculkan suatu kekuatan yang optimal dalam membangun suatu masyarakat yang agamis serta mengurangi beban terhadap sesama.
Kedua : Orang beriman harus senantiasa mewujudkan amar ma`ruf dan nahi munkar (menyuruh kepada yang baik dan mencegah dari yang jahat). Firman Allah QS. Ali Imran : 110 : “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, kamu senantiasa menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar. Dan kamu selalu beriman kepada Allah.” Amar ma`ruf dan nahi munkar ini harus senantiasa ditegakkan baik secara personal, dalam lingkungan keluarga, dalam lingkungan masyarakat maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Amar ma`ruf dan nahi munkar harus ditegakkan dengan cara-cara bertahap dan dengan cara yang bijaksana. Adapun cara (metode) yang digunakan dalam dakwah adalah dengan penuh hikmah (lemah lembut), dengan memberi nasehat yang baik dan dengan diskusi (adu argumen) secara bijaksana. Firman Allah QS. Al-Nahl : 125 : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Perintah amar ma`ruf dan nahi munkar sebenarnya bentuk kekuatan yang efektif dalam rangka memberantas segala kejahatan yang ada di muka bumi ini. Sebab kejahatan seringkali menimbulkan keresahan dalam masyarakat serta merugikan generasi masa depan. Prinsipnya, kejahatan apapun bentuknya harus sedikit demi sedikit dikurangi, sebab tidak mungkin kejahatan di dunia ini bisa sirna. Kebenaran serta kebaikan harus lebih banyak dilakukan orang, bukan sebaliknya justru kejahatan yang merajalela seperti sekarang ini. Sehingga, setiap orang mukmin ikut bertanggung jawab dalam menegakkan kebenaran serta mencegah terjadinya kejahatan yang semakin mewarnai segala lini kehidupan manusia.
Ketiga : Orang beriman harus senantiasa mendirikan shalat. Shalat adalah tiang agama, amal perbuatan pertama yang akan dihisab di akhirat nanti. Baik buruknya orang beriman dapat diukur dengan kualitas shalatnya. Firman Allah QS. Al-Nisa` : 103 : “…Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” Firman Allah QS. Al-Mu`minun : 1-2 “Sungguh-sungguh beruntung orang-orang mukmin yang khusu` dalam shalatnya.”
Ibadah shalat memiliki keistimewaan jika dibandingkan dengan ibadah yang lain, di antaranya sebagaimana Hadis Nabi SAW riwayat Bukhari : “Shalat adalah tiang Agama (Islam), barang siapa yang mendirikan shalat maka telah menegakkan Agama (Islam). Dan barang siapa yang meninggalkan shalat maka telah merobohkan Agama (Islam).” Sabda Nabi SAW riwayat Thabrani : “Amal perbuatan seorang hamba yang pertama dihisab (dipertanggungjawabkan) di hari kiamat adalah shalat. Jika baik shalatnya maka seluruh amal perbuatannya dianggap baik. Dan jika jelek atau rusak shalatnya maka seluruh amal perbuatannya dianggap jelek atau rusak.”
Shalat mempunyai fungsi atau pengaruh dalam hidup dan kehidupan, yang antara lain : shalat dilaksanakan dalam rangka mengingat Allah dan shalat yang dilaksanakan mampu mencegah dari perbuatan keji (jahat) dan munkar (kemungkaran). Firman Allah QS. Thaha : 14 : “Dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku.” Firman Allah QS. al-Ankabut : 45 : “Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain).”
Pada dasarnya, shalat yang kita laksanakan setiap hari (lima waktu), semuanya diserahkan kepada Allah. Firman Allah QS. al-An`am : 162-163 : “Katakanlah (Muhammad) : sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah,Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya, dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).”
Keempat : Orang beriman hendaklah senantiasa menunaikan zakat. Kewajiban menunaikan zakat diperuntukkan bagi orang beriman yang mampu (memiliki harta yang lebih atau nishab). Pada harta orang mukmin yang mampu terdapat hak bagi keluarga dekat yang tidak mampu, fakir miskin, yatim piatu, anak-anak terlantar, peminta-peminta, orang miskin yang tidak meminta, dan lain-lain. Firman Allah QS. Ma`arij : 24-25 : “Dan orang-orang yang dalam hartanya (orang mampu) tersedia bagian tertentu, bagi orang-orang (miskin) yang meminta dan orang-orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta).”
Orang-orang yang memiliki harta lebih dari kebutuhan pokoknya, pada dasarnya mempunyai kewajiban untuk mengeluarkan zakat dan shadaqah bagi yang memerlukannya. Harta yang ada pada orang yang kaya merupakan amanah (titipan) dari Allah yang harus disalurkan kepada orang yang membutuhkannya. Sebab para fakir dan miskin sebenarnya punya hak yang sama dalam menikmati karunia Allah berupa harta kekayaan. Hanya saja mereka tidak diamanati oleh Allah berupa harta yang melimpah sebagaimana orang-orang kaya. Prinsip dalam mengeluarkan zakat dan shadaqah sebenarnya agar supaya harta kekayaan tidak hanya beredar di kalangan orang-orang kaya saja.
Kelima : Orang beriman harus senantiasa taat kepada Allah dan rasul-Nya. Taat kepada Allah berarti percaya akan kebenaran al-Qur`an dan mau mengamalkannya. Sedangkan taat kepada rasul berarti percaya akan kebenaran berita yang dibawa Nabi Muhammad SAW (al-Sunnah) dan mau mengamalkannya. Firman Allah QS. al-Nisa` : 59 : “Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah rasul (Nya), dan ulil amri (pemimpin pemerintahan yang adil) diantara kamu. Kemudian jika kamu sekalian berselisih pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur`an) dan rasul-Nya (al-Sunnah), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
Sedangkan ketaatan kepada Rasul harus dibuktikan dengan membenarkan sekaligus melaksanakan sesuatu (sunnah) yang telah beliau perintahkannya sekaligus meninggalkan sesuatu (sunnah) yang telah beliau larangnya. Sebagaimana firman Allah QS. Al-Hasyr : 7 : “Dan apa-apa yang diberikan kepadamu oleh rasulullah maka terimalah ia, dan apa-apa yang dilarang bagimu maka tinggalkanlah, dan bertaqwalah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras siksa-Nya.”
Ketaatan kepada Rasul SAW juga telah beliau isyaratkan dalam beberapa Haditsnya, yang antara lain, Sabda Nabi Muhammad SAW riwayat Bukhari : “Setiap umatku akan masuk surga, kecuali orang yang enggan. Ditanyakan (oleh seorang shahabat) : siapa orang yang enggan itu wahai rasulallah ? Beliau menjawab : barangsiapa yang taat kepadaku, maka ia masuk surga dan barangsiapa yang mendurhakaiku maka sungguh ia termasuk orang yang enggan.” Sabda Nabi Muhammad SAW riwayat Abdul Barr : “Telah ku tinggalkan kepadamu dua perkara, selama kamu berpegang teguh kepada keduanya maka kamu tidak akan tersesat untuk selama-lamanya, yaitu kitabullah (al-Qur`an) dan sunnah Nabi-Nya (al-Hadis).”
Demikianlah, karakteristik orang-orang beriman (mukmin) dapat disimpulkan sebagai berikut : orang mukmin senantiasa saling tolong menolong, senantiasa menjalankan amar ma`ruf nahi munkar, senantiasa mendirikan shalat, senantiasa menunaikan zakat dan senantiasa taat kepada Allah dan rasul-Nya. Kelima kelompok orang mukmin itulah yang akan mendapat rahmat Allah, berupa kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan kelak di akhirat.Wallahu a`lam
0 komentar:

Posting Komentar

My Blog List

Followers